Sabtu, 16 Agustus 2008

Menjawab Syubhat

KHAWARIJ BERBAJU SALAFY
Bismillah walhamdulillah, was shalatu wassalamu ‘ala Rasulillah Muhammad wa ‘ala alihi wa ashabih ajma’in. Amma ba’du.

Prof. Mansyur Suryanegara, sejarawan dari Unpad. Dalam edisi khusus Sabili No. 9/November 2003, beliau pernah mengatakan, kira-kira, “Ummat Islam Indonesia sejak lama tidak pernah mendapat cobaan yang kecil, tetapi selalu besar.” Kira-kira seperti itu.

Kita merasakan relevansi pernyataan seperti itu ketika kini berhadapan dengan sekelompok orang yang selalu mengklaim “mengikuti manhaj Salafus Shalih”. Banyak manusia tertipu dengan seruan-seruan mereka. Dikiranya, orang-orang itu mengajarkan manhaj Salafus Shalih, padahal sejatinya: mereka menghidupkan paham Khawarij, seburuk-buruk makhluk di kolong langit. Artinya, Ummat ini selalu dicoba dengan hal-hal yang berat. Jalan kesesatan bukan monopoli para pendosa, orang-orang pengajian pun akhirnya banyak yang tersesat juga. Na’udzubillah min dzalik.

Lucu memang. Orang-orang itu menyemprot orang lain dengan tuduhan Khawarij, mereka menyumpahi manusia dengan istilah “kilabun naar” (anjing-anjing neraka), mereka mengecam orang lain tanpa sedikit pun rasa bersalah. Sungguh menakjubkan, jari telunjuk mereka mengarah ke orang lain, sisa jari lainnya mengarah ke dirinya sendiri. Menuduh Khawarij, padahal dirinya sendiri justru Khawarij ‘ala haqiqah (Khawarij sejati).

Inilah ciri-ciri KBS (Khawarij Berbaju Salafi):

1. Mereka hidup secara ekskusif, menyingkir dari kehidupan masyarakat. Mereka tidak mau tahu kondisi masyarakat, misalnya ekonomi, sosial, politik, pergaulan, pendidikan, komunikasi, dst. Kalau kita ajak bicara tentang masalah-masalah umum, mereka anggap semua itu “bukan masalah din”, jadi tidak perlu dipikirkan. Padahal sumber kemusyrikan, kekafiran, maksiyat, kesesatan, dll. sangat banyak dari masalah-masalah keduniaan. Dalam pergaulan, mereka sangat eksklusif, memisahkan diri dari masyarakat. Hal ini sama dengan perilaku Khawarij ketika mereka memisahkan diri dari Ummat Islam dan membuat markas di Nahrawan.

2. Mereka menghidupkan manhaj kebencian. Mereka sangat memusuhi orang-orang di luar kelompoknya. Mereka mudah menuduh orang lain “ahli bid’ah”, “bukan Salafiyah”, “hizbi”, “Sururi”, “Ikhwani”, dst. Itu tuduhan standar mereka. Tidak ada yang selamat dari kebencian mereka, selain dirinya sendiri. Khawarij dulu juga seperti itu, mereka membenci bahkan mengkafirkan orang-orang yang berada di luar kelompoknya.

3. Mereka menggunakan kalimat “Mengikuti pemahaman Salafus Shalih” untuk menyesatkan manusia. Istilah Salaf, manhaj Salafiyah, atau Dakwah Salaf, bukan dimanfaatkan untuk menyebarkan kebajikan sebanyak-banyaknya, tetapi dipakai untuk menyesatkan orang-orang lugu agar terjerumus bersama kesesatan mereka. Persis seperti dulu ketika Ali bin Abi Thalib (Ra) mengkomentari kelakuan para Khawarij yang memakai ayat Al Qur’an untuk tujuan kesesatan, “Kalimatul haqq yuridu bihil bathil” (perkataan yang benar tetapi ditujukan untuk kebathilan).

4. Mereka berani menghalalkan hak-hak Ummat Islam yang telah dilindungi oleh Syariat. Saat ini yang sangat kelihatan adalah: menghalalkan kehormatan Ummat Islam, khususnya para da’i dan aktivis Islam. Termasuk mencela habis-habisan harakah dakwah dan jihad, menganggap semua itu tidak sesuai sunnah. Padahal Nabi (Saw.) sudah mengatakan, “Setiap Muslim atas Muslim yang lain, diharamkan darahnya, hartanya, dan kehormatannya.” (HR. Muslim). Tapi kita tidak usah berdalil dengan Sunnah di hadapan mereka. Hati mereka sudah terlalu angkuh untuk menerima nasehat Al Qur’an dan Sunnah. Khawarij dulu juga seperti itu, mereka menghalalkan darah Ummat Islam.

5. Mereka sangat ghuluw (melampaui batas) dalam beramal. Mereka sangat-sangat peka dalam perkara fotografi makhluk bernyawa (foto manusia), celana di bawah mata kaki, nasyid Islami, melinting lengan baju, memakai cadar, berjenggot, memakai celana dalam Shalat, dan lain-lain perkara yang masih menjadi perdebatan. Tetapi ketika menuduh “ahli bid’ah”, mengkafirkan Ahlul Islam, membongkar aib para da’i dan aktifis harakah Islam dan mujahidin, memecah belah Ummat, menyebarkan kebencian, bahkan mengintimidasi Muslim, justru atas semua itu mereka sangat menikmati. Laa ilaha illallah. Dulu Khawarij bertanya ke Ibnu Abbas (Ra.) tentang hukum membunuh nyamuk, tetapi mereka tidak bertanya tentang hukum membunuh cucu Rasulullah (Saw), yaitu Hushain bin Ali (Ra.), yang mereka lakukan. Maksudnya, atas hasutan Khawarij itu pula akhirnya Hushain terbunuh di Karbala, lalu kepalanya dipancung. Innalillah wa inna ilaihi ra’jiun.

6. Mereka mengkafirkan sesama Muslim. Mereka bermudah-mudah mengeluarkan manusia dari Manhaj Salafiyah, padahal Salafiyah adalah Islam itu sendiri. Mereka menghalalkan penghinaan, celaan, membuka aib-aib, tahdzir, dan hajr kepada ahli bid’ah. Jangankan bermuamalah dengan “ahli bid’ah”, sekedar berjabatan tangan secara tak sengaja saja, kita bisa dituduh ikut “ahli bid’ah”. Sebagai contoh, Luqman Ba’abduh sendiri dalam buku Mereka Adalah Teroris mengkafirkan kaum Muslimin, khususnya Daulah Utsmaniyyah dan kaum Muslimin Mesir. Ya, Khawarij dulu juga seperti itu. Bahkan lebih terang-terangan.

7. Mereka sangat keras kepala. Jika ada manusia yang ngeyel, inilah orangnya. Mereka sangat-sangat ngeyel, tidak mau rujuk kepada kebenaran. Meskipun kita memberikan nasehat sehebat apapun, kalau kita bukan dari golongan mereka, nasehat itu akan dibuang ke tempat sampah. Mereka meyakini, “Hanya Syaikh Rabi’ dan Syaikh Muqbil, Al-Albani serta masyaikh lainnya saja yang memiliki kebenaran. Selain mereka (atau yang semisal mereka), bathil.” Sikap seperti ini sebenarnya dianggap telah keluar dari Al Jama’ah (komitmen kepada kebenaran, dari arah manapun datangnya). Khawarij dulu juga begitu. Mereka sudah dinasehati Ibnu Abbas (Ra.), tetapi tetap keras kepala.

8. Mereka menyebarkan permusuhan di kalangan Ummat Islam. Ini sangat jelas, tidak diragukan lagi. Lihatlah salafy.or.id, buku MAT dan MDMTK, blog Fakta, blog ‘Tuk Pencari Al Haq’, majalah Asy Syariah, Majalah As-Sunnah, Majalah al-Furqon, dll. Itu adalah bukti yang tak bisa dibantah lagi. Mau membantah bagaimana, bukti sudah menyebar ke seantero dunia? Khawarij dulu juga seperti itu. Mereka menyebarkan permusuhan, mengobarkan peperangan, bahkan mereka membunuh Khalifah Utsman (Ra) dan Khalifah ‘Ali (Ra).

9. Ibadah mereka menakjubkan. Harus diingat, dulu Khawarij sangat hebat dalam Shalat, puasa, maupun membaca Al Qur’an. Kata Ibnu Abbas (Ra), tubuh mereka kurus-kurus karena sangat sering puasa, mata mereka celong karena banyak bangun di malam hari, pakaian mereka kumal karena zuhud. Khawarij gaya baru juga seperti itu, meskipun ibadahnya tidak sehebat Khawarij masa lalu. Kita kalau bersanding bersama Khawarij modern itu, kita akan merasa ‘kecil hati’ melihat ibadah kita. Tetapi Nabi (Saw.) menegaskan, “Mereka keluar dari agama ini seperti melesatnya anak panah dari busurnya.”

10. Mereka mengklaim diri sebagai kelompok paling benar (Pengikut Setia Salafush-Sholeh). Ini ciri Khawarij yang tidak boleh diabaikan. Mereka bukan hanya berbeda pendapat dengan Shahabat (Ra), bahkan mengkafirkan para Shahabat dan menghalalkan darahnya. Mengapa itu terjadi? Sebab mereka mengklaim diri sebagai kelompok paling benar. Itu pula yang terjadi di jaman ini. Tidak ada yang selamat dari serangan orang-orang dungu itu, selain diri mereka sendiri.

11. Mereka menuduh orang lain sesat, padahal kesesatan di pihak mereka. Ya, kita semua sudah tahu bagaimana kelakuan orang-orang Khawarij yang mengatasnamakan Salafi ini. Mereka menuduh orang lain “ahli bid’ah”, padahal mereka itulah ahli bid’ah; mereka menuduh orang lain “hizbi”, padahal diri mereka sendiri a’zhamul hizbi minal ahzab (sebesar-besarnya hizbi sejati); mereka menuduh orang lain Khawarij, padahal tuduhan itu sejatinya lebih pantas mereka sandang sendiri. Dulu Khawarij menuduh Khalifah Ali (Ra) dan para Shahabat telah kafir, padahal kekafiran di pihak mereka sendiri.

12. Mereka memerangi Ahlul Islam dan membiarkan ahlul autsan (penyembah berhala). Ini perkara lain lagi yang sangat nyata dalam diri kaum Khawarij ini. Kerjaan mereka tidak pernah lepas dari memusuhi gerakan-gerakan Islam, memusuhi lembaga-lembaga Islam, memusuhi para dai dan individu-individu Muslim. Kerjaan mereka tidak lepas dari itu. Itulah “jihad akbar” mereka. Sekiranya mereka memegang kekuasaan, sangat yakin mereka akan memerangi kita semua. Hanya soal waktu saja. Tetapi lihatlah, apakah mereka pernah merugikan orang kafir seperti itu? Tidak sama sekali. Mereka bikin Laskar Jihad (LJ) karena memang ada “pesanan” untuk menangkal RMS dan Pejuang NII ; selain itu, mereka ingin menjadi “pahlawan” biar dakwahnya sukses di Indonesia. Kita bersyukur kepada Allah, Laskar Jihad hancur lebur. Kalau tidak, Ummat Islam akan mengangkat mereka sebagai “pahlawan”. Sama saja dengan Ba’abduh, dia serang semua organisasi Islam di Indonesia yang tidak sesuai syahwatnya, adapun dia tidak tampak kontribusinya dalam mendakwahi orang-orang Hindu di Bali.

13. Mereka bersikap sangat pecundang. Nah, ini salah satu ciri lain bahwa iman mereka telah rusak, yaitu sikap pecundang (pengecut). Mereka sangat berbisa mulut dan tulisan-tulisannya. Mereka perlakukan orang lain seperti boneka-boneka tak bernyawa. Ketika ditantang debat terbuka, tak mau; diajak dialog, tak mau; bahkan ditantang mubahalah, juga tak mau. Mereka tidak mau berdebat dan berdiskusi karena dianggap lawannya belum mendapat hidayah dan jangan di lawan. Khawarij dulu juga begitu, mereka pecundang, suka dengan cara-cara yang sifatnya tidak ksatria. Mereka membunuh Khalifah Ali (Ra) dan hendak membunuh Amr bin Ash (Ra) dan Muawiyah (Ra).

14. Bagaimanapun, orang-orang ini sangat bodoh. Ini juga ciri lain dari Khawarij. Kalau Anda membaca buku Mereka Adalah Teroris karya Si Luqman Ba’abduh, Anda akan ketawa melihat cara dia menulis buku. Satu bagian membantah bagian yang lain. Dia mencela orang-orang yang menentang Dinasti Saud dengan celaan yang sangat sangat hebat, katanya memberontak kepada Ulil Amri. Tetapi saat yang sama dia menuduh Daulah Utsmani di Turki dengan perkataan “besi rongsokan yang jelek”. Padahal Daulah Utsmaniyyah adalah Ulil Amri kaum Muslimin, sebelum berdirinya Kerajaan Saudi. Si Luqman Ba’abduh itu, juga mencela habis-habisan Syaikh Safar Hawali yang mengambil berita-berita dari orang kafir. Sementara Luqman sendiri dalam bukunya juga mengambil berita dari CNN dan lainnya. Darimana dia tahu istilah “Attack” dari peristiwa WTC 11 September 2001 kalau tidak dari CNN? Banyak contoh lain. Ya begitulah Khawarij sejati, seperti para pendahulunya. Mereka tak mau makan korma yang ditemukan di jalan, takut syubhat; tetapi mereka berani membunuh putra Khabab bin ‘Arat (Ra) dan membunuh isterinya yang sedang hamil.

CIRI SALAFY EKSTRIM
Entah sampai kapan saya (Penulis) bisa membuang ingata akan kebencian orang-orang salafi extreme terhadap ulama, mujahid, syuhada, mujadid atau muslim lainnya yang tidak berafiliasi dalam kelompok mereka. Terus kucoba untuk bisa menerima pemikiran mereka dalam karakterku sebagai manusia yang mendambakan ukhuwah. Tapi, entah mengapa, selalu saja kulihat dan kutemukan keanehan yang dipaksakan oleh mereka. Salah satunya adalah ketika mereka beranggapan bahwa manhaj muwazanah atau menimbang kebaikan dan keburukan bukanlah prinsip yang diterapkan oleh para salafus shalih. Mereka justru mengganggap [baca: memaksakan] bahwa metode al-Jarh wat Ta’dil-lah manhaj yang terbaik yang harus dilakukan oleh setiap muslim. Alhasil, secara sadar ataupun tidak sadar, kebiasaan mengghibah, mentahdzir, menjarh, mencela, menghina bahkan memfitnah menjadi makanan yang paling lezat, yang kita yakini sebagai salah satu bentuk pembelaan terhadap agama Islam.

Jujur tadinya saya setuju, tapi setelah memikirkannya secara tenang, menelitinya secara perlahan, justru yang ditemukan hanyalah merupakan salah satu metode yang dilakukan agar orang-orang yang belum berada dalam kelompok mereka bisa masuk kedalam hizb mereka. Contohnya metode al-Jarh wat Ta’dil yaitu melakukan jarh tanpa membicarakan kebaikannya sama sekali dari orang-orang yang dianggap menyimpang yang pernah ku bahas dalam article ini. Ternyata metode ini hanya untuk masalah periwayatan hadits dan telah habis masanya, masyaAllah…..

Dan yang lebih mengerikan adalah ketika salah seorang yang cukup disegani dalam kelompok ini mengatakan, bahwa al-Qur’anpun melakukan hal yang sama dengan menggunakan hujjah ayat-ayat berikut ini untuk bisa menghalalkan perbuatan mereka dalam melakukan ghibah, hinaan, celaan bahkan fitnahan atas nama al-Jarh wat Ta’dil yang menurutku teramat dipaksakan, Binasalah kedua tangan abu Lahab dan Sesungguhnya dia akan binasa (@) Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan (@) Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak (@) Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar[Pembawa kayu bakar dalam bahasa Arab adalah kiasan bagi penyebar fitnah. isteri abu Lahab disebut pembawa kayu bakar Karena dia selalu menyebar-nyebarkan fitnah untuk memburuk-burukkan nabi Muhammad s.a.w. dan kaum muslim. Biasanya tukang-tukang sihir dalam melakukan sihirnya membikin buhul-buhul dari tali lalu membacakan jampi-jampi dengan menghembus-hembuskan nafasnya ke buhul tersebut] (@) Yang di lehernya ada tali dari sabut (@) (Qs. Al-Lahab:1-5)
Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka jahannam; mereka kekal di dalamnya. mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. (Qs. Al-Bayyinah:6)

Sesungguhnya Telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al masih putera Maryam”, padahal Al masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu”. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. (Qs. Al-Maidah:72). Beliau mengatakan, “Perhatikan ayat-ayat di atas, bagaimana Allah menyebutkan kejelekan serta kekufuran orang-orang kafir dan musyrikin tanpa sedikitpun Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan kebaikan-kebaikan yang ada pada mereka.”1

Ayat-ayat di atas adalah bukti nyata contoh yang diberikan oleh tokoh Salafi dalam rangka membenarkan pensesatan, hujatan, ghibahan, hinaan, celaan yang dilakukan olehnya dan orang-orang yang semanhaj dengannya.
Perhatikanlah kalimat berwarna merah dan bergaris bawah di atas. Tidakkah kita bisa memahaminya untuk siapa ayat itu diturunkan??? Agar lebih jelas berikut aku pertegas kembali:
[1] Binasalah kedua tangan abu Lahab, Dan (begitu pula) istrinya
[2] Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik
[3] Sesungguhnya Telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al masih putera Maryam”

Kalian tahu untuk siapa tokoh ini dan para pengaku pengikut salaf menggunakan hujjahnya??? Lihatlah buku Mereka Adalah Teroris sebagai buku bantahan Aku Melawan Teroris-nya Imam Samudra. Seharusnya buku ini adalah khusus untuk membantah kesalahan Imam Samudra saja, tapi yang terjadi justru buku Mereka Adalah Teroris dibuat untuk menghujat, menjelek-jelekan, mensesatkan, menggelari dengan nama-nama yang menjijikan, menghina, mengghibah, mencela, mentahdzir, memfitnah para ulama, mujahid, mujadid yang telah diyakini ke-ISLAM-annya oleh umat tanpa ada bukti-bukti kekafiran dalam diri mereka.

Sementara Imam Samudra hanya dijadikan batu loncatan untuk menjadikan para pembela agama semisal Syaikh Hasan Al-Banna, Syaikh Sayyid Quthb, Syaikh Ahmad Yasin, Prof. Dr. Syaikh Yusuf Qaradhawi hafizhahullah, Dr. Syaikh Safar Al-Hawali hafizhahullah, Dr. Salman Al-Audah hafizhahullah, Syaikh Dr. Nashir Al-Umar, Asy-Syahid SM.Kartosuwiryo menjadi daftar hitam target ulama, syuhada, mujahid, mujadid paling berbahaya bagi kebangkitan Islam dan keamanan orang-orang kafir.

Apakah saya harus mempercayai dan menuruti mereka padahal saya melihat secara nyata kekeliruan analogi yang mereka gunakan dalam menempatkan hujjah??? Kemudian tokoh ini dan orang-orang yang memujanya mempertegas kembali dengan mengatakan, “Sebaliknya, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan kondisi orang-orang kafir serta kaum musyrikin dan munafiqin dengan menyebutkan kejelekan, kekurangan, dan kejahatan mereka tanpa menyebutkan kebaikan-kebaikan maupun jasa-jasa mereka.”2 Dan mengatakan, “Allah menyifati orang-orang kafir itu dengan tuli, bisu, dan buta bagaikan binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi (Al-A’raf:179). Allah menyebutkan orang-orang kafir yang cenderung mengikuti hawa nafsunya dan berpaling dari ketaatan kepada Allah bagaikan anjing yang menjulurkan lidahnya (Al-A’raf:175-176). Alla menyebutkan adzab yang pedih dengan berbagai bentuknya yang akan mereka terima sebagai balasan terhadap kekufuran dan keengganan mereka untuk beramal denga perintah-perintah Allah dan Rasulnya. Itu semua Allah ‘Azzawajalla sebutkan tanpa menyebutkan kebaikan-kebaikan dan kelebihan yang ada pada mereka dalam rangka prinsip “keseimbangan” dan “keadilan”.3

Subhanallah, semakin jelas sudah perumpamaan yang jauh sekali dari kenyataan. Mereka menyamakan para ulama, syuhada, dan mujahidin, dengan orang-orang kafir, musyrik, dan munafiq, nau’dzu billah… Jelas ini adalah sebuah perumpamaan yang bukan hanya tidak tepat, melainkan kelewat berani. Ya, kelewat berani! Karena hal ini sudah menyentuh dasar keimanan seseorang. Bagaimanapun juga, orang beriman tidak bisa disamakan dengan orang kafir. Bahkan, orang yang beriman tidak boleh dibunuh (diqishash) karena dia telah membunuh orang kafir, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir-nya Syaikh Al-Albani (11612), “Tidaklah seorang mukmin dibunuh karena dia membunuh seorang kafir.” Atau hujjah dalil berikut ini, “Apakah orang-orang beriman itu sama dengan orang-orang yang fasik (kafir)? mereka tidak sama.” (Qs. As-Sajdah:1

Jelaslah, Allah dan Rasul-Nya membedakan antara orang-orang mukmin dan orang-orang kafir. Mereka tidak sama dan memang tidak bisa disamakan sampai kapan pun. Bukankah tokoh dan para pengaku-aku pengikut salaf ini sangat membanggakan bahkan mempromosikan buku yang berjudul Mengkafirkan Kaum Muslimin Sebuah Kejahatan Kaum Teroris Khawarij terbitan Hikmah Ahlus Sunnah?

Apakah kalian hanya bangga kemudian membacanya tanpa mau tahu esensi dari isi buku yang berisi fatwa-fatwa seputar permasalahan takfir dan berhukum dengan selain hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala?

Baiklah, berikut aku kutipkan sebagian isi buku tersebut, tepatnya pada cetakan kedua, tahun 1997M, halaman 16-17, Abdullah bin Umar telah meriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda: “Siapa saja yang berkata kepada saudaranya “Hai kafir!”, maka (kekafiran) itu pasti kembali kepada salah seorang dari mereka.”4 Beliau juga berkata, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, bersabda: “Siapa saja yang mengkafirkan seseorang, maka salah satunya kafir.” Juga dari beliau berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, bersabda: “Apabila seseorang berkata kepada sahabatnya “Hai kafir!”, maka (kekafiran) itu wajib atas salah seorang dari mereka, apakah orang yang dikatakan kepadanya itu memang kafir, atau kala tidak maka apa yang dikatakan penuduh itu kembali pada dirinya.”5

Dari Abi Dzar, beliau mendengarkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, bersabda: “Tidaklah seseorang menggelari orang lain dengan gelar fasik atau kafir melainkan hal itu akan kembali kepadanya kalau lawannya itu tidak demikian adanya.”6

Hadits-hadits ini dan selainnya masih banyak lagi memperingatkan dari menggelari kaum muslimin dengan tuduhan kafir7, sebab tidak boleh mengkafirkan seorang muslim kecuali kalau ia memang jatuh dalam sesuatu yang mewajibkan kekafiran, karena seorang yang sudah jelas masuk Islam tidak boleh difasiqkan, dikafirkan, dilaknat, atau dikeluarkan dari Dienul Islam kecuali dengan bukti yang mewajibkan hal tersebut.
Lihatlah, bagaimana buku yang menjadi rujukan mereka ini !!! Apakah mereka tidak bisa memahaminya? Atau mereka akan mengatakan, Beliau tidak mengkafirkan dengan sebutan “Wahai Kafir!” Maka disini aku jelaskan, Apakah bedanya Tidak mengkafirkan dengan sebutan “Wahai Kafir!” dengan menyamakan para ulama, syuhada, mujahid dengan hujjah dalil-dalil yang diperuntukkan untuk orang-orang kafir di atas???

Tidakkah kita bisa mengambil ibrahnya? Dulu mereka menganggap kita telah mengkafirkan pemerintah atau orang-orang yang bersama dalam barisan kita dengan selalu mengungkit-ungkit firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Dan barang siapa yang tidak berhukum dengan apa yang Allah turunkan maka mereka adalah orang-orang kafir”. (Qs. Al-Maidah:44), sekarang mereka sendiri yang telah melakukan hal yang sama seperti dugaannya terhadap kita….
Tidakkah kita mau mengambil hikmahnya? Dulu mereka mengganggap kita telah menyempal keluar dari Islam dengan selalu mengungkit hadits iftiraq/perpecahan, “…Islam akar terpecah menjadi 73 golongan, hanya satu yang selamat….”, sekarang mereka sendiri yang telah terpecah menjadi beberapa golongan…. Subhanallah, tidakkah kita mau mengambil hikmah atas semua kejadian ini…??? Tidakkah kita menyadari, sesungguhnya apakah yang Allah inginkan dari kita atas kejadian-kejadian yang telah kita lewati..??? Wallahu musta’an.

Footnote:
[1] Menebar Dusta Membela Teroris Khawarij (MDMTK), hlm 128-130.
[2] Ibid, hlm 126
[3] Ibid, hlm 126-127
[4] Al-Bukhari (6103-6104), Muslim (15
[5] Ini dan sebelumnya dikeluarkan oleh Al-Imam Ahmad dalam Al-Musnad 2/44,47,60, dan 105. Ahmad /syakir mengatakan dalam tahqiqi Al-Musnad (2035,5077,5259, dan 5824): Sanadnya shahih.
[6] Dikeluarkan oleh Al-Bukhari nomor 6045
[7] Mengkafirkan orang-orang yang berdosa adalah manhaj khawarij dahulu beserta orang yang belakangan yang mengikuti metode mereka. Di hari ini ada jama’ah yang bertaklid kepada mereka, diantaranya Jama’ah Takfir wal Hijrah, merekalah lakon Khawarij di masa kini. Mereka telah mengkafirkan para pemerintah, individu, maupun masyarakat muslimin.

1 komentar:

vasumatijaffe mengatakan...

Iron-Steel - Titanium Glass | iTanium Arts
Iron-Steel citizen titanium watch head titanium tennis racket 3/4" 1/4" titanium band ring 1/2" 1/2" 1/2" 1/2" 1/2" Iron-Steel. 3-in-1/2" 1/2" 3/4" titanium knife 1/2" 1/2" Iron-Steel. 3-in-1/2" 2/2" 1/2" 1/2" 1/2" 3/4" 1/2" 1/2" 2/2" babyliss pro nano titanium flat iron 3-in-1/2" 1/2" 3/4" 1/2"