Kamis, 07 Agustus 2008

Menjawab Syubhat



Wawancara Tahun 2003 dengan Ust. Abu Fathi As-Sulamy al-Banjari
(Ulama dan Pelaku Sejarah / Mujahidin NII ) :

“Abu Toto adalah Tokoh NII KW IX : Penjahat Perang”

BAGAIMANA PENDAPAT USTADZ DENGAN TERBITNYA BUKU UMAR ABDUH “PESANTREN AL ZAYTUN SESAT ?”

Terbitnya buku tersebut memiliki banyak makna, memiliki banyak sisi, baik positif maupun negatif. Sayangnya Umar Abduh tidak adil dalam menilai Negara Islam Indonesia, ia menghabiskan energinya untuk membentuk citra buruk NII dengan menampilkan sosok sosok kotor yang selama ini menggunakan nama NII untuk maksud maksud jahatnya. Abu Toto misalnya, dalam pandangan kami, di era perang peradaban ini, ia adalah seorang penjahat perang. Sebab ia menggunakan cara cara yang licik dan keji dalam menyerang NKRI maupun menghancurkan NII. Masyarakat Internasional tidak akan pernah bisa menerima bentuk perjuangan yang busuk seperti itu, apalagi negara Islam yang mendasarkan dirinya pada kedamaian Islam dan kesucian maksud maksud syari’at.
Dalam menilai Abu Toto, antara saya dan Umar Abduh tidak ada perbedaan, baik NKRI maupun NII berkepentingan untuk menyeret Abu Toto ke pengadilan atas kejahatan kejahatan yang selama ini ia lakukan. Hanya karena keterbatasan keadaan sajalah NII belum bisa memberlakukan hukum pidana dalam darurat perang ini. Sebab kami hanya bisa menyidang pelaku kejahatan terhadap Islam dan negara Islam dalam teritorial yang sepenuhnya kami kuasai.
Perbedaan baru muncul ketika ia menilai NII dari sampel sang penjahat perang tadi, disini nampak Umar Abduh tidak mampu lagi menyembunyikan kebenciannya terhadap Negara yang berdasarkan Islam dan menjadikan Al Quran dan Hadits sebagai hukum tertinggi. Semua keburukan harokatul hadamah Abu Toto CS dijadikan senjata untuk membentuk opini publik bahwa itulah NII, dan dengan segala data itu ia ingin mengajak seluruh muslimin di Nusantara untuk mengubur hidup hidup Negara Islam Indonesia. Lumayan, ini bisa menjadi ‘obat’ dari rasa bersalah karena tidak berpihak pada negara Islam, atau katakanlah menjadi ‘obat penenang’ bagi mereka yang selama ini berwala pada Darul Kufur Republik Indonesia. Dari sisi ini, disadari atau tidak Umar Abduh telah memberikan keuntungan pada NKRI dan tercatat dalam sejarah sebagai pihak yang menggunakan data kejahatan perang Abu Toto untuk mendeskridetkan NII. Sebuah keberanian yang tidak tanggung tanggung, sayangmya tidak pantas dicontoh.

DIMANA LETAK SISI BAIK BUKU UMAR ABDUH INI ?
Bagi muslimin rakyat NKRI buku ini banyak gunanya, setidaknya menjadi rambu agar tidak terjerat jebakan Abu Toto cs. Sebab sekali terperosok ke dalamnya, kerusakan yang mereka derita benar benar berbahaya, bukan hanya terkuras habis harta, kehilangan ikatan emosional dengan keluarga dan lingkungan, bahkan di ujung kehancurannya mereka menjadi pembenci pembenci Negara Islam yang seharusnya mereka bela. Menurut saya mushibah yang jauh lebih besar dari pada kerugian harta dan rasa tadi adalah adanya kebencian terhadap para pejuang yang secara murni dan tulus hendak menegakan hukum Allah tadi. Sebab membenci negara Islam dan berpihak pada negara yang mencoret berlakunya syari’at Islam membahayakan nasib mereka di akhirat, silahkan lihat surat Muhammad (47) : 26 – 31.
Di sisi lain, semoga saja pihak pihak yang selama ini ikut membantu kawanan Abu Toto ini terketuk hatinya untuk mau berhenti membantu Datuk Sesat yang merusak Islam sekaligus negara Islam itu. Dan semoga Allah memberikan kemampuan pada Umar Abduh untuk terus membuka kedok para datuk sesat yang berlindung di atas nama besar Islam untuk menhancurkan kemurniannya. Sebab mereka lah yang merusak Islam dengan cara mendakwahkannya. Mereka lah yang menyamun di belantara pergerakan, melumpuhkan potensi orang orang yang tulus namun tidak mengenal peta harakah secara benar sehingga jatuh ke dalam daerah kekuasaan mereka.
Dan jumlah mereka tidak sedikit, contoh saja di Pasantren Al Zaytun, bukan hanya Abu Toto yang bercokol di sana, tapi juga tokoh tokoh tua yang dulu mencaci maki perjuangan Darul Islam, bahkan sampai bersumpah demi Allah segala, bahwa gerakan Darul Islam adalah gerakan yang sesat, salah dan bertentangan dengan hukum Islam. Saya tidak perlu sebut orangnya, tapi bagi mereka yang pernah membaca ikrar bersama kembali ke pangkuan Ibu pertiwi, pasti mengenal siapa yang saya maksud.
Mereka harus dibasmi, tentu saja bukan dimatikan orangnya, sebab tidak kita matikan pun nanti mati sendiri. Dalam hal ini kita tidak perlu mencampuri pekerjaan Malaikat Maut. Yang penting pemikirannya yang harus dimusnahkan, sebab para pemegang Aliran hitam dunia pergerakan, kalau dibiarkan merajalela, sangat kasihan jiwa jiwa yang tulus yang masih membutuhkan bimbingan untuk kemudian tampil menjadi pejuang Islam di masa depan.
Kebaikan lain dari buku ini, membuat kita bisa memposisikan Umar Abduh sebagai “the Fault Finder” atau sang penemu kesalahan. Kalau dalam perusahaan perusahaan besar, mereka membayar orang dengan gaji tinggi dengan tugas agar orang ini mencari kesalahan dalam produk produk perusahaan tadi sebelum kesalahan tadi berubah menjadi penhancur kelangsungan perusahaan. Maka secara gratis kita bisa menemukan orang yang dengan tajam (terlepas dari apa motivasi dia) membedah kecenderungan berfikir orang orang yang mengaku berpihak pada negara Islam.
Apa yang diungkapkan Umar Abduh adalah sebuah realitas, bahwa memang ada penjahat penjahat perang yang memanfaatkan celah ketidak berdayaan pemerintah berjuang dalam menghukum mereka, untuk memanipulasi muslimin nusantara yang punya ruhul jihad untuk dirampok di tengah jalan dan diarahkan pada gerakan yang mengeksploitasi habis potensi mereka yang ikhlas dan lugu itu. Akhirnya bukan hasil jihad membela negara Islam yang kebesaran namanya mereka dapatkan dalam sejarah silam, tapi kehancuran diri dan tumbuhnya rasa benci terhadap NII yang tadinya dia mau bela itu.
Bagi kita yang tengah bergerak di lapangan, dengan pemaparan akan adanya realita demikian, terlepas dari siapa pelakunya, menjadi alat muhasabah, jangan sampai gerakan kita yang murni, juga tergelincir dalam operasional seperti yang dilakukan para datuk sesat tadi.
Jangan dikira, bahwa para pejuang yang bergerak bersama pemerintah Islam Indonesia tidak bisa tergelincir. Ingat kita ini manusia, kita terkena ngantuk dan tidur, sedangkan syetan tidak tidur. Kalau hari ini kita tidak tergelincir, di saat kita tertidur, syetan melakukan briefing, bahkan meminta petunjuk Iblis segala untuk memasang jerat baru untuk menggelincirkan kita keesokan harinya. Kalau esok masih selamat, maka modifikasi baru akan mereka buat lagi. Melihat ini maka kemungkinan tergelincir dalam operasional jihad selalu ada. Makanya dalam jihad ada do’a memohon ampun dari tindakan yang berlebihan dalam urusan (S.3: 146 – 147) sebab boleh jadi dalam memperjuangkan hukum hukum Allah justru bisa saja malah kita yang melampaui batas batas hukum yang ditetapkan Allah. Kalau ada do’anya, maka berarti hal ini sangat mungkin terjadi. Untuk itulah kita harus berwaspada dan menjaga diri dengan Ilmu. Saking pentingnya ilmu untuk memelihara kemurnian gerakan, sampai sampai dalam suasana gawat pertempuran pun, harus selalu ada orang yang tafaquh fid dien. Apalagi di saat perang yang belum sampai memasuki gelanggang pertempuran seperti sekarang. Saya sangat menganjurkan agar mujahidin terus belajar, walaupun harus dari musuh musuh mereka sendiri.
Nah, dalam rangka kepentingan ini, sosok Umar Abduh bisa menjadi “The Fault Finder” Kalau di tubuh kita ada kesalahan seperti itu, segera bertaubat, kalau tidak ada, jangan kebakaran jenggot, toh yang dia maksud sesat itu sebenarnya bukan NII, tetapi figur penjahat perang Abu Toto cs yang kita pun sudah lama mengenal kebejatannya.
Sebenarnya buku itu untuk kalangan dalam NII tidak mengejutkan, kita sudah lama mengetahui siapa Abu Toto, dan sudah lama kita memperingatkan kejahatannya, bahkan terhadap orang orang yang waktu itu terjerat kelompok mereka. Yang kaget kan orang di luar NII. Sayangnya kekagetan itu, karena hidangan informasi Umar Abduh salah, memberi efek samping, membuat mereka benci pada Negara Islam yang seharusnya mereka bela.

LANTAS DIMANA SISI BURUK BUKU TERSEBUT ?
Dia tidak mengikuti kode etik Alquran dalam mengevaluasi satu bangsa, berbeda dengan Umar Abduh yang tidak suka menjelaskan sebuah kebaikan, dengan alasan kebaikan itu tidak perlu disyukuri. Maka Al Quran memberi contoh, bahwa dalam menilai suatu golongan, di dalam individunya ada yang baik dan ada yang buruk. Dan agar objektif, kita dituntut untuk menjelaskan kedua tipe anggota golongan tersebut. Contohnya ketika Allah menyebutkan bangsa Yahudi :
Di antara Ahli kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan: "tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi. Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui. (3:75)
Hal kedua, Umar Abduh juga melangkahi tuntunan Al Quran dalam menerima berita dari orang fasiq, ia tidak melakukan tabayun secara benar, akibatnya ia menimpakan keburukan pada bangsa Islam secara keseluruhan. Padahal sebenarnya sebagai muslim ia pun harus berada dalam kesatuan ini : “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (S.49:6)
Bangsa Islam Indonesia yang diwadahi Negara Islam Indonesia, mau tidak mau memang harus menderita kerugian moril dari pemberitaan ini.

MENGAPA USTADZ MENYEBUT WARGA NII SEBAGAI BANGSA ISLAM, APA BERARTI WARGA NKRI BUKAN BANGSA ISLAM, PADAHAL MAYORITAS MUSLIM. APA INI BUKAN FENOMENA TAKFIR ?
Secara politik, bangsa memang dimaksudkan sebagai warga sebuah negara. Dan ini sudah lazim digunakan oleh para ahli politik di manapun. Bangsa Islam adalah semua warga negara Islam, termasuk di dalamnya orang Yahudi dan Nashrani sekalipun. Sebab dalam negara Islam orang nya tidak hanya muslimin, non muslim bahkan terpelihara hak hak bani adamnya.
Dan warga negara bukan Islam, tentu saja tidak bisa diidentifikasikan sebagai bangsa Islam, walaupun kita tidak meragukan pribadinya sebagai muslimin. Terbukti ketika negaranya yang tidak berdasar Islam itu memerangi negara Islam, tidak tersentuh sedikitpun ghirah pembelaannya, yang ada malah ikut mendalili dengan Quran dan hadits bahwa negara Islam lebih pantas dihancurkan daripada negaranya yang bukan Islam itu. Mana buktinya mereka sebagai bagian dari bangsa Islam, bila sikapnya seperti itu ??
Inilah kenyataan politik, yang kita harus secara dewasa menerimanya. Dan kita pun mesti konsisten memandangnya dari sudut politik ini, kalau soal orangnya kita dan mereka saudara seagama… cuma beda negara. Jadi jangan salah faham, kita tidak mengkafirkan orang yang ada di dalamnya, kalau muslim, ya kita akui sebagai muslim, sebab mengkafirkan ahli Qiblat adalah perkara besar dalam timbangan Islam.
Yang kita nyatakan “bukan Islam” adalah negaranya, jadi kalau kita katakan mereka “bukan Rakyat Islam”, kita hanya membahasakan sebuah realitas politik yang “niscaya, nyata adanya”. Mungkin keberatan mereka karena kita terlalu langsung mengatakan bahwa bukan Islam itu kafir, baiklah kita perhalus bahasanya, bahwa secara realitas mereka adalah warga negara bukan Islam, yakni warga negara pancasila. Secara politik, kita katakan mereka adalah bangsa atau masyarakat Pancasila. Bukan masyarakat kafir koq, tapi masyarakat pancasila. Saya fikir kalau ini yang dikatakan, mereka tidak akan membantah, karena demikianlah kenyataannya. Perkara masyarakat pancasila mayoritas muslim, itu fakta yang tak terbantah, kita semua tahu. Mungkin orang seperti Umar Abduh menolak kalau dirinya dinyatakan sebagai bagian dari masyarakat pancasila, namun alam bawah sadarnya, tak bisa dibantah ia adalah bagian dari padanya, terbukti ia tidak mampu menyembunyikan kebenciannya terhadap negara Islam yang merupakan musuh negaranya (NKRI).

BAGAIMANA USTADZ SENDIRI MENILAI ABU TOTO CS ?
Mereka identik dengan kaum khowarij di jaman khilafah, Imam Ali tidak mengatakan mereka kafir, tetapi mereka adalah “bodoh” terbukti mereka keluar dari ketaatan pada Pemerintah Islam dan membangun gerakan dengan pemahamannya sendiri atas teks teks wahyu. Gerakan ini memang berbahaya baik bagi kemurnian Islam maupun keutuhan negara Islam. Namun demikian kita harus menghadapinya dengan ilmu dan sikap yang berpijak pada aturan. Jangan sampai untuk meluruskan orang yang telah keluar dari garis perjuangan Islam dengan cari kita sendiri keluar dari norma perjuangan Islam yang berdiri di atas Quran dan Hadits shahih.

SARAN USTADZ TERHADAP WARGA NII ?

Baca buku itu baik baik, dengan keshabaran yang cukup, terus terang saya saja cape membacanya, sebab setiap kali saya harus menahan napas dan menggelengkan kepala atas kebodohan Umar Abduh dalam menganalisa masalah, ia betul betul tidak mampu membedakan antara kemurnian tujuan Negara Islam dan subjektifitas rakyat yang ada di dalamnya. Sekali lagi baca buku itu baik baik, kemudian lakukan muhasabah, apakah anda termasuk yang demikian atau tidak. Jika ia, apakah anda bisa menghadapkan hujah yang kuat atas tuduhan Umar Abduh itu, bila tidak maka coba kaji apakah ada kebenaran di balik kepahitan dan tercampurnya antara hujah dan kebencian Umar Abduh. Jika dapat, ambil kebenarannya dan jangan hiraukan kebencian Umar Abduh terhadap negara Islam. Demikianlah hendaknya para pejuang ulet mencari hikmah, walaupun dari mulut lawan lawannya.

BAGAIMANA KALAU KARENA BUKU ITU BANYAK PEJUANG NEGARA ISLAM YANG MUNDUR DAN KEMBALI MENJADI WARGA RI ATAU SETIDAK TIDAKNMYA PASIF ?

Kalau keluarnya itu adalah karena ia tidak mampu menemukan alasan yang jernih, mengapa menjadi warga negara Islam dan berjuang mempertahankan berdirinya. Maka keluarnya mereka, jauh lebih baik dari keberadaannya di dalam lembaga perjuangan. Ketahuilah, keluarnya mereka tidak lebih daripada seperti keluarnya nanah dari bisul. Semakin cepat keluar, semakin cepat sembuh diri kita. Andai pejuang NII hanya tinggal 25 % dari yang kini ada, namun mereka benar benar mencintai dan dicintai Allah, lemah lembut terhadap mukminin dan tegas terhadap kekafiran, berjihad di jalan Allah dengan hujjah yang benar, harta yang halal dan diri yang bersih, serta tidak takut dicela oleh para pencela (S.5:54), maka datangnya pertolongan Allah buat para mujahidin akan jauh lebih cepat dari pada keadaan sekarang ini.

BAGAIMANA KALAU KARENA BUKU INI RAKYAT ISLAM BERJUANG MENJADI BINGUNG DAN DIAM DITEMPAT, KELUAR PUN TIDAK, TAPI MELANJUTKAN PUN JADI SETENGAH HATI ?

Bingung adalah awal untuk yakin, maka bertanyalah kepada yang berilmu, maksud saya Ulama yang berwala pada Negara Islam Indonesia, bukan ulamanya Darul Kufur, maka saya yakin mereka akan kembali memperoleh ketenangan dalam berjuang.

SARAN BUAT MUSLIMIN RAKYAT NKRI ?

Jangan takut berhubungan dengan rakyat Negara Islam, suatu saat anda menemukan mereka (terus terang hari ini masih termasuk hal langka, yang begitu berharganya, sampai diburu kawan dan lawan), berdialoglah dengan mereka, hilangkan ketakutan anda dan pertimbangkan hujjahnya, bila anda menemukan kebenaran dalam ucapannya, maka anda lebih berhak mendapatkannya. Bila ternyata hujahnya ngawur maka waspadalah boleh jadi mereka adalah anak buah aliran hitam pergerakan yang dipimpin para datuk sesat seperti Abu Toto cs itu.

KELUAR DARI KONTEKS INI, BAGAIMANA PENDAPAT USTADZ DENGAN TERANGKATNYA SEORANG PRESIDEN WANITA DI NKRI ?

Itu bukan urusan kami, NKRI bukan negara Islam, mengapa harus melihatnya dari kacamata ajaran Islam. Saya kira DR. Safi’i Maarif sudah tiba pada kesadaran ini, sampai ia pernah bilang, bagi presiden RI yang penting mampu memimpin, mau laki laki, wanita atau bahkan banci sekalipun, tidak ada halangan untuk menjadi presiden. Yah demikianlah di NKRI, dan itulah yang konstitusional, seperti tercantum dalam UUD mereka. Biarlah itu jadi PR Umar Abduh dkk, bagaimana menurut mereka kalau pemimpin negaranya sendiri seorang wanita. Apa ia berani menganjurkan sesama muslimin untuk keluar dari NKRI, seperti ia pernah menganjurkan rakyat NII untuk keluar dari negara Islam ini :)

APA ADA RENCANA ANTISIPASI DENGAN HADIRNYA KEPEMIMPINAN WANITA ?

Antisipasi apa ? kami punya fatsoen politik, kami tidak akan mencampuri urusan di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Daulah itu juga bermakna giliran (S.3:140). Biarlah itu giliran Megawati, seperti dulu Gus Dur pernah punya giliran, mungkin setelah ini giliran siapa, kita tidak tahu, semuanya dalam keghaiban yang hanya Allah saja pemiliknya. Yang penting bagi rakyat Islam berjuang, harus terus menata dan mempersiapkan diri sesempurna sempurnanya, jangan sampai kalau pas kena giliran, malah memalukan Allah, Rasul dan orang orang yang beriman (S.9:105). Jangan pula kita asyik menonton panggung orang, sampai sampai lupa mempersiapkan panggung sendiri. Saya sendiri geli menyaksikan para ulama NKRI yang kebingungan dengan masalah ini, dan akhirnya mengalah dengan istilah : “inilah realitas politik.”Wajar mereka bingun, kalau kita tidak, sebab kita sendiri punya pekerjaan sendiri. Kalau dikerjakan dengan sungguh sungguh niscaya kita tidak lagi punya waktu untuk memikirkan kebingungan mereka. (diwawancarai oleh : Ust. Qusyairi).

Tidak ada komentar: